JAWA BARAT (AQLNEWS) – “Ketika Islam memimpin dunia, itu tidak lepas dari peran Ulama Rabbani yang mendidik para pemimpin-pemimpinnya,” ucap pendiri Sekolah Tinggi Ilmu Alquran (STIQ) dalam seminar Internasional ke 2 yang mengangkat tema “Metodologi Alquran dan Assunnah dalam Kaderisasi Ulama Rabbani” di Jonggol, Jawa Barat, pada hari Rabu, (20/2).

Menurut beliau, pemimpin-pemimpin besar selalu dididik oleh ulama-ulama Rabbani yang menanamkan rasa hormat yang tinggi terhadap spritualitas yang berakar dalam. Sikap ini melahirkan perilaku tanggung jawab dan rasa kasih sayang yang abadi terhadap rakyat. “Islam akan bangkit jika dipegang oleh ulama rabbani,” ucapnya.

Beliau kemudian memberikan contoh, saat Mustafa Kemal membungkam para ulama Rabbani di Turki, “ketika Ulama Rabbani dibungkam di Turki, azan pun tidak boleh menggunakan bahasa Arab wajib pakai bahasa Turki,” tegasnya. Sepanjang tahun 1924, Mustafa Kemal benar-benar membawa Turki menjadi negara yang anti terhadap agama. Menjadikan sekularisme sebagai faham resmi Negara. Usaha untuk menjauhkan Turki dari Agama Islam dimulai dengan mengeluarkan undang-undang yang mengatur segala hal.

Contoh lain misalnya, pada Maret 1924, undang-undang penyatuan pendidikan yang menjadikan sistem pendidikan turki hanya satu di bawah pemerintah. Madrasah-madrasah yang mengajarkan agama Islam ditutup.  November 1925, Undang-undang pakaian. Lelaki dipaksa untuk mengenakan pakaian barat dengan topi barat, wanita dipaksa untuk melepas jilbab dan menggunakan pakaian barat. Pakaian adat yang berupa sorban, peci dilarang. “ini kalau peran Ulama Rabbani dibungkam,” tegas UBN.

Untuk itu kata beliau, sangat penting di Indonesia untuk mengkader Ulama Rabbani agar mencerahkan bangsa ini menjadi bangsa yang hidup, bangsa yang berdaulat, bangsa yang merdeka dengan ilmunya.

Sekjen Intelektual dan Majelis Ulama Muda Indonesia (MIUMI) itu kemudian menutup paparannya dengan mengingatkan kepada para akademisi untuk memperhatikan tiga hal dalam pendidikan untuk mencetak ulama rabbani. “Ada tiga yang harus diperhatikan dalam pendidikan. Pertama, tazkiyatunnufus (Menyucikan jiwa),” ucapnya.

Kedua, ilmu-ilmu syariat Islam. “Kenapa tazkiyatunnufus didahulukan? karena para ulama salaf belajar adab sebelum belajar ilmu, dan saat ini, ilmu syariat saja tidak cukup untuk ulama rabbani, maka harus ditambah dengan ulumul hadisiyah (Ilmu-ilmu hadist).

“Ketika tiga hal ini disatukan, ilmu kita betul-betul akan begitu nampak dan nyata dalam kehidupan dan mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan sehari-hari.” Tutupnya.

Sebarkan Kebaikan!